Pernahkah kamu mendengar musibah besar di akhir tahun 2014? Satu dusun benar-benar hilang.
Ya, akhir tahun 2014 tepatnya tanggal 12 Desember 2014, Karangkobar berduka. Salah satu dusunnya secara alamiah hilang karena sebuah bencana besar tanah longsor yang terjadi saat menjelang magrib. Dusun yang dihuni sekitar 300 jiwa itu kehilangan 108 jiwa yang tertimbun longsoran.
Saat itu aku masih berkuliah di Semarang. Saat bencana itu terjadi pun aku sedang tidak ada di rumah. Rumahku masih satu kecamatan dengan dusun yang hilang itu. Aku tinggal di dusun leksana sedangkan bencana besar itu ada di Dusun Jemblung, Desa Sampang Kecamatan Karangkobar.
Musibah itu memang membawa kesedihan bagi kami. Bahkan akses jalan sampai tidak bisa dilalui karena longsoran sampai ke jalan. Untuk pulang ke rumah saja harus melewati jalan pedesaan yang hanya bisa dilalui satu kendaraan. Jadi tidak bisa untuk dua arus.
Selalu ada hikmah di balik musibah besar. Setelah musibah besar muncullah sebuah yayasan pendidikan berbasis agama islam yang memiliki dampak luas untuk masyarakat Karangkobar dan sekitarnya.
Saat ada musibah itu banyak sekali relawan yang datang membantu, salah satunya dari peduli muslim. Nah beberapa relawan dari peduli muslim melihat belum adanya taman kanak-kanak yang berbasis agama. Maka relawan dari peduli muslim yang tinggal sementara di Karangkobar mengajak beberapa warga Karangkobar untuk mendirikan sebuah TK yang berbasis agama.
Berawal dari situlah muncul namanya yayasan pendidikan Fathul Ba’ariy. Didirikan oleh beberapa pengurus dan salah satunya ibuku yang berperan menjadi penasehat pendidikan. Yayasan tersebut mendirikan sebuah TK berbasis agama yang bernama TK Islam Terpadu Ibnu Hajar Al Asqolani.
Awalnya TK ini bermula di sebuah bangunan yang dulunya adalah kandang bebek dengan jumlah siswa 16 orang. Dengan jumlah siswa 16 orang maka itu termasuk awal yang bagus bagi sebuah lembaga pendidikan. Bahkan diawal segalanya seperti dimudahkan seperti perizinan dari dinas.
Lembaga TK ini didirikan untuk dakwah islam. Tahun pertama TK ini mencetak anak-anak yang luar biasa dari sisi akademik dan juga agama. Bahkan mayoritas sudah bisa baca Al Quran ketika mereka selesai TK. TK tersebut tak hanya mengajarkan bermain saja namun ada hafalan hadits, juz 30, doa sehari-hari dan pembiasaan adab islami.
Dibuktikan dengan 16 lulusannya yang cemerlang maka animo masyarakat meningkat. Pada tahun kedua TK ini memperoleh siswa sebanyak 30 anak. Tiap tahunnya terus meningkat hingga di tahun keempat ini jumlah siswanya ada 105 siswa dibagi dalam enam kelas.
Setelah terbukti dengan hasil pendidikan di TK maka wali murid meminta untuk diselenggarakan tingkat lanjutannya yakni SD. Maka tahun 2020 ini SD yang bernamakan SDIT Ibnu Hajar Al Asqolani memasuki tahun penerimaan siswa baru yang ketiga.
Yayasan Pendidikan Fathul Ba’ariy ini tidak hanya mendirikan lembaga pendidikan saja namun juga menyelenggarakan kajian-kajian gratis tiap pekannya untuk warga sekitar. Sehingga bisa dikatakan bahwa Yayasan Pendidikan Fathul Ba’ariy adalah yayasan filantropi yang berbasis agama.
Apa bedanya filantropi dan Charity?
Filantropi itu dampak yang dibuat dalam jangka panjang sedangkan Charity dampak yang dibuat dalam waktu singkat.
Mimpi besarku kelak juga ingin punya yayasan filantropi dalam bidang pendidikan khusus anak yatim piatu. Semoga Allah mengabulkan 🙂
1 comment
Selalu ada hikmah dibalik musibah ya, sesuangguhnya musibah adalah cara Allah menyayangi hambaNya untuk jadi lebih baik 🙂