Pernahkah kamu memikirkan hal-hal sama yang berulang kali dalam pikiranmu? Atau mungkin seringkali merasakan munculnya luapan emosi tak menentu ketika memikirkan sebuah peristiwa di masa lalu?
Kali lain mungkin kamu sering merasakan perasaan tidak nyaman yang kamu tak pernah tahu jawabannya? Pernahkah kamu merasakan itu? Aku pernah.
Ternyata setelah melewati perjalanan Innerchild Healing Parade dari Ruang Pulih aku mulai menemukan titik terang dari apa yang aku rasakan.
Bila kamu mengalami hal di atas itu menurut Bapak Anthony Dio Martin, salah satu pembicara dalam webinar Innerchild Healing Parade, ada hal yang belum beres dengan diri ini.
Memang benar, ada hal yang belum beres dengan diriku dan aku terus mencari penyebabnya hingga datanglah kesempatan untuk berproses dan menyadari kesehatan mental diri sendiri bersama Ruang Pulih.
Diriku yang Kecil Izinkan Aku Memelukmu
Minggu lalu saat aku meresapi kembali perbincangan Bapak Dr. Dr. Adi W. Gunawan, ST., MPd., CCH, pembicara pada webinar ke empat Innerchild Healing Parade, aku mencoba menyelami batinku dan menemui diriku yang kecil.
Air mataku pun tumpah seketika bahkan hampir sesenggukan. Sampai-sampai ibuku mengira bahwa mataku yang sembap dikarenakan tingkah laku bapak. Kebetulan saat itu bapak sedang ada di rumah.
Padahal ketika bapak di rumah tak ada sesuatu yang mencolok dan membuat air mataku mengalir.
Aku seringkali merasakan perasaan tidak nyaman, cemas tanpa sebab yang jelas, kehilangan motivasi suatu waktu, dan berbagai macam perasaan tidak nyaman lainnya yang membelenggu langkahku.
Ternyata perasaan tidak nyaman itu adalah salah satu sinyal atau cara berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar kita.
Pikiran bawah sadar kita sebenarnya selalu mencoba melindungi diri kita. Namun, proteksi yang diberikan seringkali membuat kita merasa terluka.
Nah, cara kita berkomunikasi dengan alam bawah sadar adalah dengan salah satu dari lima cara berikut ini:
- Perasaan tidak nyaman
- Sensasi fisik
- Suara-suara yang muncul
- Mimpi
- Intuisi
Biasanya perasaan tidak nyaman karena innerchild yang terluka tergambar dalam kualitas kehidupan kita sehari-hari.
Aku mencoba terus menyelami batinku dan mencoba menemui diriku yang kecil.
“Apa yang dibutuhkan oleh anak kecil?” tanya Pak Adi dalam webinar tersebut.
Ada yang menjawab kasih sayang, mainan, es krim, dll. Ternyata jawabannya adalah rasa aman.
Bayangkan sembilan bulan ada di rahim seorang ibu yang penuh dengan kehangatan dan kemudian berada di dunia yang penuh dengan tantangan maka rasa aman dari orang tua sangat diperlukan.
Ketika mendengar penjelasan itu entah kenapa aku mulai meneteskan air mataku, teringat masa kecilku yang saat itu membuatku penuh ketakutan.
Saat aku menangis itu,
“Hai lala kecil kamu akan baik-baik saja. Sini aku peluk.” aku mencoba memeluk diri ini.
Lega, ada secercah rasa lega yang muncul meski aku justru mulai menangis sesenggukan.
Aku memeluk diriku yang sering merasa marah dengan diri ini karena ketidakbisaanku akan suatu hal, tidak bisa membanggakan kedua orang tua, tidak bisa sehebat anak-anak dari teman-teman orang tuaku.
Ya, aku sering marah dan kadang merasa benci kepada diri ini. Ingatanku membawaku pada peristiwa ketika aku membuat ibu kecewa padaku, aku menuju kamar mandi dan setelah aku menutup pintu kamar mandi, aku mulai menangis.
“Aku hanyalah manusia bodoh.” Aku menangis sambil melabeli diriku seperti itu.
“Andai saja, tak ada aku di dunia ini maka ibu akan senang dan tak perlu merasa terbebani.” Pikirku saat itu.
Aku memeluk diriku lebih erat kembali. Ternyata selama ini, aku selalu menyalahkan diri, marah kepada diri, dan bahkan pada titik tertentu benci kepada diri sendiri.
Saat aku mencoba memeluk diri yang kecil ini. Aku sadar bahwa aku terlalu keras pada diri dan aku perlu memberikan diri ini kasih sayang, cinta, dan perasaan aman bahwa tak masalah berbuat salah asalkan kita mau belajar dari kesalahan itu.
Berdayakan innerchild kita, maka itu akan memberdayakan diri kita yang dewasa.
Berikan cinta kasih pada innerchild kita, berikan cinta kasih pada diri kita yang dewasa.
Dua minggu ini aku jadi menyadari belenggu apa yang membuatku terseok-seok dalam menggapai impianku.
Aku masih terus berproses dalam luka ini. Namun aku yakin harapan selalu ada. Impian-impianku yang membuatku bertahan dalam berproses ini.
Ketika aku mulai selesai dengan luka ini maka aku bisa meraih performa diri yang terbaik.
Luka Performa Bahagia, sebuah buku persembahan dari Ruang Pulih yang sangat mengena di hati dan akan menemani prosesku untuk segera pulih.
Terima kasih diri ini untuk senantiasa bersabar dalam kehidupan, mencoba kuat, dan selalu mencari cara untuk menjadikan diri ini lebih baik dari sebelumnya.
Selamat berproses my beautiful soul.