Bulan Desember ini Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional memasuki tantangan ke delapan.
Temanya cukup menarik yakni tentang kecerdasan finansial.
Kecerdasan finansial? Terdengar familiar namun kadang praktiknya masih suka kebobolan. Kebobolan oleh rasa malas untuk mengatur pengeluaran dan pemasukan, mencatatnya, memprioritaskan mana kebutuhan dan keinginan. Menariknya dalam tema kecerdasan finansial yang diajarkan di kelas bunda sayang ini ada konsep yang lain dan jarang dibahas pada buku atau pembahasan tentang kecerdasan finansial.
Apa yang biasanya dibahas ketika membicarakan kecerdasan finansial?
Mayoritas akan menjelaskan tentang bagaimana cara memperoleh penghasilan baik aktif maupun pasif. Cara mengelola penghasilan, investasi untuk keamanan finansial masa depan, membedakan kebutuhan dan keinginan, mencatat uang yang keluar dan masuk. Ya, rata-rata semuanya akan berbicara tentang itu.
Nah, ada konsep yang menarik dari materi yang aku dapat di Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional untuk mengajarkan anak dan tentunya orang tuanya tentang mengasah kecerdasan finansial. Konsep tersebut menurutku menjadi garis benang merah bagi pendidikan kecerdasan finansial. Konsep apakah itu?
Jawabannya adalah “Konsep Rezeki”
Seperti semboyan yang selalu digaungkan oleh institut ibu profesional yakni
Rezeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari.
Sekilas mungkin terdengar klise namun ini benar adanya. Sebagai hamba yang beriman maka sudah menjadi haknya untuk diberikan rezeki oleh Allah. Bahkan seorang hamba tidak akan dicabut nyawanya sebelum rezekinya sudah diberikan semua kepadanya.
Sebelum melangkah jauh tentang teknis kecerdasan finansial maka konsep ini yang harus paling utama. Karena akan mempengaruhi mindset untuk bertindak pada langkah kecerdasan finansial yang lain.
Konsep rezeki ini bagiku seperti sedang menguatkan tauhid kita dan keyakinan akan Allah dalam hati kita. Konsep rezeki yang dimaksud adalah kita memahamkan diri dan mengajarkan anak bahwa setiap orang memiliki rezekinya masing-masing bahkan rezeki itu sudah ditentukan jauh sebelum manusia lahir di dunia.
Kita perlu mengajarkan anak bahwa rezeki itu datang dari Allah, Sang Maha Kaya, Maha Pemberi Rezeki.
Anak harus tahu bahwa rezeki itu sangat luas dan banyak tak terbatas pada uang. Rezeki bisa berupa tempat tinggal yang nyaman, makanan yang lezat, bisa tidur nyenyak, sehat badan dan rohani, punya teman yang baik dan lain sebagainya.
Konsep rezeki ini mengajarkan kepada kita dan anak-anak kita bahwa setiap kali kita ingin sesuatu maka mintalah terlebih dahulu pada Allah. Jangan langsung meminta pada manusia dalam hal ini adalah orang tua.
Coba katakan pada mereka,
“Nak, kalau kamu ingin mainan minta dulu yuk sama Allah. Nanti Allah bisa mengabulkan doamu dengan memberi rezeki uang pada ayah untuk dibelikan mainan.”
Ini menarik!
Jadi tamparan tersendiri bagi orang dewasa. Ketika dihadapi masalah finansial seringkali yang kita pikirkan adalah cara untuk menambah income/penghasilan lebih itu bagaimana. Bukan dengan langsung meminta pada Allah. Orang dewasa seringkali lupa dan terlalu mengandalkan usahanya padahal milik Allah-lah segala kepunyaannya.
Selanjutnya dengan memahamkan konsep rezeki maka membuat kita atau sang anak untuk tidak membatasi mimpinya. Karena Allah Maha Pemilik Segalanya dan Allah akan memberikan apa yang hambanya minta.
Menarik bukan?
Coba selama ini sudahkah kita yakin dengan rezeki Allah? Jangan sampai kekhawatiran kita akan masa depan membuat kita lupa bahwa rezeki kita sudah dijamin. Bahkan cicak saja yang tidak bisa terbang itu diberikan rezeki apalagi manusia yang aktif mencari ilmu.
Kalau punya utang 1 milyar, gak usah panik. Yuk doa minta ke Allah agar diberikan kemudahan melunasinya. 1 milyar bagi Allah itu kecil banget loh. Allah kan pemilik langit dan bumi. Dalam seisi bumi ada berapa coba orang kaya? Sungguh Allah Maha Kaya bukan?
Nah, itu dia konsep terpenting tentang mengajarkan kecerdasan finansial pada anak.
Selanjutnya cara mengajarkan kecerdasan finansial untuk anak ala Institut Ibu Profesional akan aku jelaskan di postingan selanjutnya ya.
Aku pun mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kini aku sedang mengandung usia 9 bulan. Ada sedikit kekhawatiran tentang kondisi finansial ke depan. Namun banyak yang menyemangati bahwa setiap anak punya rezeki masing-masing. Bukankah jika aku mengkhawatirkan rezekinya maka aku telah meragukan Allah. Astaghfirulloh ampuni diri ini.
Ayo jangan galau finansial lagi karena rezeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari 🙂