Merasakan 5 Hari Atmosfer Perkuliahan Kampus Amerika di University of Arizona

Kuliah di kampus university of arizona

Air mataku rasanya hampir menetes ketika melihat tulisan Tokyo International Airport yang ada di bandara Haneda selepas aku berjalan keluar dari pesawat All Nippon Airways.

“Ya Allah, ini benarkah lala sedang di Jepang?” tanyaku dalam hati tak percaya.

Ini baru pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di bumi luar Indonesia. Ini adalah hal yang aku impikan ketika aku SD, bisa ke luar negeri gratis. Dan Allah wujudkan melalui jalanku menulis.

Aku memenangkan juara grand prize untuk mengunjungi University of Arizona yang diadakan oleh Sampoerna University. Saat itu Sampoerna University menggelar kompetisi Bright Future Competition 2023 dengan berbagai macam kategori seperti kategori blog writing, journalist content, video creation, social media, dan business plan competition.

Aku berangkat ke Amerika Serikat tidak sendirian, tapi bersama tujuh pemenang lainnya, didampingi oleh tim dari Sampoerna University, dan tour leader dari Golden Rama Tour.

Setiap kategori punya pemenangnya masing-masing. Untuk kategori blog writing competition, ada dua pemenang yang mendapatkan hadiah University of Arizona tour. Pemenang itu adalah aku dan Mbak Zahra Rabbiradlia.

Aku dan Mbak Zahra sama-sama seorang blogger yang sudah berumah tangga. Bedanya aku baru punya anak satu, dan Mbak Zahra sudah punya tiga anak. Bahkan nama anak kita ada yang sama yakni sama-sama bernama Salman.

Sekilas Cerita Transit Empat Jam di Jepang

Jepang, bukanlah tujuan utama kami. Kami hanya transit selama kurang lebih empat jam untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Los Angeles.

Perjalanan dari Jakarta ke Jepang dimulai dari hari Jumat, 7 Juli 2023 pukul 07.10 waktu jakarta dan sampai di Jepang pukul 16.35 waktu Jepang.

Lepas dari pesawat pertama yang kami tunggangi, kami langsung berjalan menuju antrian untuk check in bagi penumpang yang transit.

Selama menunggu waktu boarding pass berikutnya, aku selalu bersama Mbak Zahra. Kita mencari tempat yang nyaman dan tak terlalu untuk sholat. Dan kami menemukan ruangan terbuka yang ukurannya kecil dan beralaskan karpet. By the way, di Haneda Airport ini, tempat tunggu untuk boarding semuanya sudah dilapisi karpet dan bersih sekali. Nah, ternyata tempat yang akan kami gunakan untuk sholat adalah ruang kosong depan pintu karyawan.

Alhamdulillah, saat itu ada space kosong, kita bisa menggunakannya untuk sholat. Aku dan Mbak Zahra bergantian untuk sholat sama lain. Inilah yang aku harapkan ketika bisa ke luar negeri, aku ingin meninggalkan jejak sujudku di sebanyak mungkin belahan bumi lainnya. Agar jejak sujud itu menjadi saksi untukku kelak saat di akhirat.

Hal yang menarik di Jepang ini adalah toilet-nya. Alhamdulillah, toilet di Jepang masih ada air untuk cebok dan lebih canggih. Ada tombol-tombol di dinding yang bisa kita pencet untuk menyalakan air untuk cebok dan ada berbagai pengaturan sesuai keinginan yang kita mau. Bidet portable yang sudah aku beli, di sini belum berfungsi.

Kemudian di sana aku dan Mbak Zahra membeli makanan yang ada di seven eleven. Nah, saat itu aku belum tahu kalau kartu jenius yang aku miliki bisa digunakan untuk membeli di sevel. Jadinya, Mbak Zahra membelikanku makanan dan minuman. Makanan yang kita beli adalah bentuknya tahu tapi dalamnya nasi, rasanya manis. Enak, tahu-nya dan disantap bersama dengan telor rebus yang enak juga. Minumannya itu minuman kemasan rasa matcha.

Tak terasa dengan aktivitas tadi, sudah saatnya kami masuk kembali ke pesawat All Nippon Airways untuk melanjutkan perjalanan ke Los Angeles.

Perjalanan Haneda ke Los Angeles adalah Perjalanan Kembali ke Masa Lalu

Pesawat yang kutumpangi lepas landas dari Jepang pukul 21.05 waktu jepang pada tanggal 7 Juli 2023. Dan waktu tempuh yang dibutuhkan hingga sampai ke Los Angeles adalah kurang lebih 10 jam.

Ketika aku melihat rute yang akan kami lewati di layar inflight entertainment, pesawat ini akan sebagian besar terbang di atas samudera pasifik. Beberapa kali layar di depan tempat dudukku menunjukkan pengumuman bahwa kita akan masuk ke daerah turbulance, sehingga kami diminta untuk mengencangkan sabuk pengaman.

Dan akhirnya pemandangan dibalik jendela yang tadinya gelap, kini berubah dengan pemandangan pegunungan berwarna coklat dan terkesan agak tandus. Tak lama pemandangan itu hadir dibalik jendela pesawat, kini kulihat pemandangan rumah-rumah penduduk yang dilihat dari atas mayoritas warnanya coklat muda.

Yeay, akhirnya, aku sudah sampai di Los Angeles International Airport. Sesampainya di Los Angeles, masih tanggal 7 Juli 2023 pukul 15.35. Keluar dari pesawat, kami berjalan menuju bagian imigrasi. Dan tahukah kalian, di bagian imigrasi sudah banyak sekali orang yang mengantri.

Antriannya seperti labirin yang berlapis lebih dari enam lapis sepertinya. Sangat banyak orang yang mengantri ke imigrasi. Asumsiku karena ini adalah summer, jadi banyak orang yang mau masuk ke Amerika.

Aku yang bawa tas ransel dan goodie bag lumayan berat, cuma pasrah. Beberapa kali aku lepaskan tas ransel dari pundakku. Bahkan beberapa kali goodie bag-ku dibawakan oleh Mbak Zahra. Alhamdulillah seneng banget ketemu temen seperjalanan kayak Mbak Zahra.

Setelah cukup lama mengantri, tiba-tiba ada pengumuman dari pihak imigrasinya,

“Siapa yang tadi naik pesawat All Nippon Airways, barang di bagasi kalian sudah keluar dari conveyor?”

Setelah mengumumkan itu, kita langsung dipercepat proses ke imigrasinya. Yang tadinya satu-satu, jadinya boleh langsung berlima.

Disana ditanya kita mau kemana, dan pertanyaan general imigrasi lainnya. Awalnya aku udah khawatir terkait hijab yang aku pake, sudahlah besar warna hitam pula. Tapi, alhamdulillah aman.

Yeay, akhirnya aku menginjak tanah Amerika. Sebuah skenario yang tak pernah aku bayangkan.

Dan hal yang bikin aku shock, toilet di sana kurang bersih dibandingkan di Jepang dan tak ada bidet untuk cebok.

Keluar dari bandara, sudah ada bis yang menunggu kami. Ketika keluar dari bandara, angin dingin menyapu kulitku. Wah, kukira akan panas menyengat, ternyata anginnya dingin seperti di rumahku.

Dari bandara, kita menuju ke tempat makan Thailand. Jaraknya lumayan dari bandara ke tempat makan. Sepanjang perjalanan, aku melihat betapa tertatanya kota Los Angeles ini, jalan rayanya pun luas-luas. Di sini kita bisa dengan mudah menemukan mobil Tesla berseliweran di jalan. Dan hal yang jarang kutemui adalah kendaraan motor roda dua. Hanya sekali aku pernah melihat ada motor roda dua lewat.

Kita juga melewati Hollywood Boulevard yang jadi simbol budaya di Los Angeles, ada museum, tempat belanja, teater, dan atraksi Hollywood yang menunjukkan kebanggaan akan kekayaan film yang pernah diproduksi.

Dan ada hal yang bikin shock lagi, ternyata siangnya lebih lama. Di Los Angeles ini matahari tenggelam itu sekitar jam delapan malam. Dan adzan isya-nya sekitar setengah sepuluh malam. Namun, adzan subuhnya hampir sama seperti di Indonesia.

Oh, ya saat di restoran Thailand itu, meskipun ada ayam, aku dan Mbak Zahra mencoba untuk tidak memakannya dan lebih memilih alternatif lain yakni seafood. Karena untuk kehati-hatian saja akan proses menyembelih ayamnya.

Malamnya kita menginap di hotel Holiday Inn La Mirada Hotel Los Angeles. Aku sekamar sama Mbak Zahra.

Dan ada hal yang membagongkan adalah ketika masuk ke kamar hotelnya. Biasanya di Indonesia ada tempat untuk meletakkan kartu kamarnya dan voila listrik kamar menyala. Namun, yang ini ketika kita masuk, aku mencari tempat menaruh kartu kamar tapi tak ditemukan. Ternyata untuk menyalakan listriknya, tinggal dipencet secara manual.

Kamarnya cukup luas dengan dua bed single. Satu bed single ini serasa satu queen bed. Dan hal yang paling aku suka, bantalnya ada empat. Kasurnya empuk sekali.

Esoknya kami harus bersiap melakukan perjalanan darat menempuh waktu hingga 10 jam untuk pergi ke kota tujuan kami yakni Tucson, Arizona.

Tucson Arizona, Tempat Tujuan Utamaku

Los Angeles bukanlah tujuan utama kami, selanjutnya kita akan melakukan perjalanan darat menggunakan bus selama 10 jam dan akan berhenti untuk toilet break setiap dua jam sekali.

Kami hanya menginap semalam dan check out pukul setengah delapan pagi. Untungnya bus yang kami gunakan ukuran yang seat-nya banyak, sehingga satu orang dari kami bisa memilih tempat duduk yang sebelahnya tak ada siapa-siapa.

Sepanjang perjalanan seperti biasa kantuk lebih menguasaiku, sehingga aku sering tertidur dan ketika bangun sudah saatnya toilet break. Ketika turun dari bus, panas terik terasa sangat menyengat di badanku. Ketika kulihat berapa derajat, ternyata suhunya sudah mencapai lebih dari empat puluh derajat.

Panas yang kurasakan berbeda dengan panasnya Jakarta yang terasa lembab, disini panas, tapi tak begitu membuat aku keringetan.

Jalanan yang bus kami lewati sungguh beda pemandangannya, kami disuguhi pemandangan pegunungan badland, area yang penuh dengan tanah liat, pasir, dan bebatuan yang mudah tererosi. Selain itu, kami dibuat takjub dengan adanya kincir angin raksasa yang ada di sepanjang jalan.

Akhirnya setelah menempuh waktu sepuluh jam kami sampai di Hotel Grand Hyatt Tucson. Di hotel inilah kami akan tinggal selama enam hari untuk merasakan atmosfer kuliah di University of Arizona.

Berkunjung Ke Kampus Tertua dan Terbaik di Arizona, University of Arizona

Sungguh estetik sekali setiap bangunan yang ada di kampus ini. Warna merah bata mendominasi warna gedung yang ada di University of Arizona. Kampus ini tak gersang karena sepanjang jalan selalu ada pohon palem yang menjulang dan juga kaktus gemas yang makin mempercantik universitas ini.

University of Arizona merupakan kampus tertua yang ada di Arizona, bahkan kampus ini ada sebelum Arizona ditetapkan sebagai negara bagian. Kampus University of Arizona ini ada sejak tahun 1885.

Pada tahun 2023 University of Arizona masuk dalam daftar Top 50 Public University berdasarkan penilaian dari U.S News and World Report.

Dari sisi risetnya pun, University of Arizona masuk dalam Top 20 Public Research berdasarkan National Science Foundation. Bahkan University of Arizona mendapatkan julukan Research 1 dari Carnegie Foundation karena aktivitas risetnya yang menonjol.

Berbicara dari sisi akademik, biaya, bantuan keuangan, tingkat kelulusan, hutang mahasiswa, gaji alumni, dan kepuasan kerja, Princeton Review memberikan apresiasi University of Arizona sebagai Best Value University.

Tak hanya itu, University of Arizona pun memantapkan reputasinya juga sebagai penyedia pendidikan secara daring. Dan University of Arizona bisa masuk top 10 online university.

Rasanya seperti mimpi bisa merasakan bagaimana atmosfer perkuliahan di salah satu universitas terbaik di Amerika.

Pada hari pertama kunjungan ke university of Arizona, kami diajak untuk berjalan mengelilingi kampus. Kami ditunjukkan apa saja fasilitas yang ada di university of Arizona.

Aku sungguh terpesona dengan kemegahan university of arizona. Semuanya tertata dengan rapi dan bersih. Panas terik yang menemani seakan tak terasa.

Tentu, satu hari itu kita tak berkeliling ke semua wilayah di university of Arizona karena kampus ini sangatlah luas. Luas kampusnya saja sekitar lebih dari 1,59 kilometer persegi. Wah, luas sekali, bukan.

Ketika berjalan membelah jalanan kampus University of Arizona, ada hal yang menarik ketika akan menyeberang jalan. Aku melihat di jalanan aspalnya, ada semacam rel yang terpasang di aspalnya. Itu seperti rel kereta, tapi bukan. Itu adalah lintasan Sun Link Streetcar.

Sun Link Streetcar ini adalah kendaraan yang bentuknya hampir mirip gerbong kereta listrik, tapi ia bisa berjalan di atas lintasan jalanan aspal. Sun Link Streetcar ini menjadi sarana transportasi bagi warga Tucson dan juga University of Arizona.

Jam beroperasi Sun Link Streetcar ini jika hari biasa adalah pukul 7 pagi hingga 10 malam. Sedangkan jika saat weekend atau hari libur, jam operasinya menjadi dari pukul 8 pagi hingga 8 malam.

Jarak kedatangan antara Sun Link Streetcar yang satu dengan berikutnya pun ada yang setiap sepuluh menit dan ada juga yang setiap lima belas menit.

Berapa biaya untuk naik Sun Link Streetcar ini. Biayanya Gratis!

Sun Link Streetcar ini sungguh inklusif untuk teman-teman disabilitas, bahkan ada tombol khusus yang ketika ditekan akan memberikan teman disabilitas jalan tambahan agar bisa masuk dari halte ke dalam Streetcar tersebut.

Ada hal unik nih dari Sun Link Streetcar ini, kalau ada Sun Link Streetcar yang mau lewat akan ada suara seperti lonceng. Unik sekali, bukan?

Duh, enak banget, bukan? Ini memudahkan mobilitas mahasiswa. Dan di University of Arizona jarang banget aku temui kendaraan bermotor. Rata-rata adanya mobil, tapi mobil pribadi pun jarang berlalu lalang di jalanan University of Arizona.

Gedung Estetik yang Menjadi Simbol University of Arizona Itu Bernama Gedung Old Main

Setelah berjalan beberapa lama di tengah terik matahari Tucson, kami sampai di depan sebuah gedung yang sangat estetik. Konsep bangunannya retro dengan warna khas merah bata. Ada halaman di depannya yang tertata rapi layaknya taman. Bahkan, ada air mancur yang ketika melihatnya sungguh segar sekali.

“Ayo, coba lempar koin ke kolam air mancur itu, konon katanya nanti bisa balik ke sini lagi.” kata Bu Tri Tjahjono, beliau adalah perwakilan dari University of Arizona yang ada di Jakarta.

Aku tak mempercayai mitos seperti itu sebenarnya, tapi karena untuk seru-seruan, aku melemparkan koin tersebut ke dalam kolam tersebut.

Kemudian Valentino, perwakilan dari University of Arizona mengatakan bahwa gedung ini bernama old main. Inilah gedung tertua dan pertama kalinya dibangun University of Arizona pada tahun 1891.

Emang apa fungsinya gedung itu? Gedung itu jadi gedung serbaguna istilahnya, lah. Ada ruang kelas, kantor, laboratorium, dapur, halaman, bahkan asrama. Dan tahu nggak sih, berapa jumlah mahasiswanya saat itu? Ternyata jumlahnya baru 32 mahasiswa yang didampingi enam anggota fakultas.

Suara Lonceng yang Menggema dari USS Arizona Mall Memorial

Tak hanya suara lonceng dari Sun Link Streetcar, ada suara lonceng yang menggema di seantero kampus University of Arizona.

Ketika kita berjalan dan berada di depan gedung Henry Koffler , terdengarlah suara lonceng yang cukup lama.

Ternyata suara lonceng itu berasal dari gedung yang ada di deretan seberang. Valentino menjelaskan jika suara lonceng itu berasal dari gedung USS Arizona Mall Memorial.

Gedung USS Arizona Mall Memorial ini dibangun untuk menghormati 1.177 marinir yang meninggal saat ada serangan Pearl Harbour pada tahun 1941. Gedung ini mulai dibangun pada bulan Oktober 2016 dan akhirnya selesai pada bulan Januari 2017.

Kucing Liar atau Wildcat Menjadi Maskot Utama University of Arizona

Saat berkeliling University of Arizona, kami menemukan patung kucing liar. Souvenir yang aku dapat dari kampus ini pun selalu ada kata Wildcat. Ternyata Wildcat ini adalah maskot yang melambangkan University of Arizona.

Maskot “Wildcat” University of Arizona adalah salah satu simbol yang sangat dikenal dalam budaya kampus. Maskot ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1915. Awalnya, maskotnya adalah seekor burung hantu, tetapi pada tahun 1916, perubahan dilakukan dan maskotnya diubah menjadi “Wildcat,” atau kucing liar.

Namun, perubahan ini tidak berlangsung lama, dan pada tahun 1917, maskot kembali diubah menjadi seekor bobcat, yang merupakan kucing liar kecil yang umum di daerah Arizona. Bobcat dipilih sebagai maskot karena keberanian dan semangat yang dimilikinya.

Sejak itu, “Wildcat” atau bobcat telah menjadi maskot resmi University of Arizona. Maskot ini sering digunakan dalam berbagai acara kampus, pertandingan olahraga, dan kegiatan lainnya sebagai simbol semangat dan identitas universitas.

Dalam berbagai peristiwa dan pertandingan, “Wilbur the Wildcat” dan “Wilma the Wildcat” adalah dua kostum maskot yang menghidupkan semangat dan kebanggaan kampus University of Arizona.

Penasaran dengan Fasilitas Kampus yang University of Arizona Sediakan Untuk Mahasiswanya?

Masih ada banyak hal yang ingin aku ceritakan terkait fasilitas kampus yang University of Arizona ini sediakan untuk mahasiswanya.

Kesan pertamaku mengelilingi kampus ini seharian adalah kampus ini bener-bener perhatian sekali dengan mahasiswanya. Bahkan dosen pembimbing itu bukanlah dosen yang membimbing untuk sebatas skripsi, tapi dosen pembimbing bener-bener menjadi partner kita dari awal kita kuliah hingga kita lulus.

Dan kampus ini sangat inklusif, setiap bangunan di sini didesain juga ramah untuk teman-teman disabilitas. Sesederhana di setiap pintu masuknya, ada tombol untuk para teman-teman disabilitas agar bisa masuk pintu dengan mudah.

Kurikulum yang diterapkan di University of Arizona ini juga berbeda banget dengan kurikulum di Indonesia. Beneran, deh, kayaknya kalau pas S1 aku kuliah di sini, aku nggak akan merasakan rasanya salah jurusan.

Aku akan menjelaskan fasilitas yang University of Arizona sediakan di postingan berikutnya.

Bisa Nggak Sih, Merasakan Pendidikan Amerika Tanpa Harus Ke Luar Negeri?

Jawabannya, bisa, dong. Berita baiknya, di Indonesia ada lho, kampus yang menerapkan kurikulum Amerika. Kampus ini jadi satu-satunya kampus yang menerapkan kurikulum terbaik di dunia yakni kurikulum Amerika. Kampus ini adalah Sampoerna University.

Sampoerna University bertekad untuk mencetak pemimpin Indonesia muda yang mengglobal dengan bermitra bersama University of Arizona. Program kemitraan itu berbentuk program double degree.

Mahasiswa bisa mendapatkan dua gelar dari Sampoerna University dan juga University of Arizona. Jurusan apa saja yang ada program double degree dengan University of Arizona? Ini dia jurusannya.

  • Fakultas Bisnis (jurusan manajemen)
  • Fakultas Seni dan Sains (jurusan psikologi)
  • Fakultas teknik dan teknologi (jurusan teknik industri, teknik mesin, sains komputer, dan sistem informasi)

Nah, apakah sih kurikulum Amerika? Apakah kalian penasaran? Aku akan ulas di postingan blog selanjutnya ya.

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like