Sadarkah kamu bahwa setiap dari kita yang memiliki sosial media adalah seorang konten kreator?
Loh, bukannya konten kreator adalah mereka para youtuber, selebgram atau blogger? Mereka juga termasuk, kamu pun termasuk apabila memiliki sosial media dan pernah mem-posting konten apapun di sosial media yang kamu miliki.
Wah, baru tahu ya? Konten kreator itu orang yang membuat konten dan ragam konten pun beragam. Ada konten tulisan, gambar, video ataupun audio.
Oh ya, kamu pernah atau sering berkomentar pada postingan orang lain? Kalau pernah, komentarmu itu termasuk konten.
Wah emang komentar termasuk konten ya?
Menurut Pak Subiakto, pakar brand di Indonesia, mengatakan dalam kelas yang beliau ampuh bahwa komentar termasuk konten. Jadi hati-hati ya dalam memberikan komentar.
Sekarang sudah tahu kan bahwa kamu adalah konten kreator. Ternyata kamu punya tanggung jawab yang besar loh.
Wah serem amat, emang apa sih tanggung jawabnya? Tanggung jawabnya adalah membuat konten-konten yang bermanfaat dan positif.
Tahukah kamu bahwa pengguna internet di Indonesia menembus angka 174,5 juta pengguna.
Bayangkan kalau kamu membuat konten yang bermanfaat dan bisa dibaca sebanyak pengguna internet yang ada di Indonesia, kira-kira berapa banyak amal jariah yang didapat. Wah luar biasa.
Kebalikannya kalau kamu posting konten negatif dan dinikmati 174,5 juta pengguna internet di Indonesia, maka apa yang kamu dapat? Dosa jariyah tentunya.
Nah, itulah tanggung jawab kita sebagai konten kreator yakni menciptakan konten yang sehat, bermanfaat dan bermakna bagi pembaca.
Efek dari konten itu dahsyat loh. Pernah dengar kasus bunuh diri yang terjadi di luar negeri sana? Konon katanya itu karena konten loh? Konten yang paling sering mempengaruhi kehidupan seseorang adalah konten komentar.
Kalau dulu terkenal istilah mulutmu harimaumu, maka sekarang jempolmu harimaumu.
Jangan sampai ya hidup kita yang singkat ini dihabiskan untuk membuat komentar nyinyir, mencela, mem-bully, melecehkan seseorang. Karena kita tak pernah tahu dampak kata-kata komentar kita pada orang lain.
Baru saja aku membuka linimasa linkedin, sebuah sosial media bagi para profesional. Aku menemukan tulisan yang cukup menarik yang menyatakan bahwa negeri ini krisis apresiasi.
Krisis apresiasi ini terlihat dengan semakin mudahnya orang melontarkan kritikan pada karya atau aktivitas orang lain. Tentu ada yang gemar mengapresiasi namun gelombangnya kalah kuat dengan gelombang kritik.
Maka tak jarang ada plesetan kata yang menyatakan,
“Netizen mah bebas.”
Selain sering berkomentar sesuka sendiri, masih sering ditemukan juga netizen yang membagikan info yang tidak disaring terlebih dahulu sebelum di-sharing. Sehingga menjadi pemicu reaksi negatif bagi netizen yang lain entah berupa kecemasan atau parahnya ujaran kebencian.
Hal yang menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi Indonesia adalah penyebaran konten negatif seperti cyber bullying, hoax, online radicalism, pornografi, perjudian, fraud, human trafficking, dan piracy.
Mengapa hal ini terjadi? Apakah karena masyarakat kita masih kurang melek literasi digital?
Nyatanya memang masih perlu dorongan agar tingkat literasi digital kita meningkat sehingga mewujudkan ekosistem yang nyaman di dunia digital. Ekosistem nyaman membuat orang tak takut lagi untuk berkarya.
Setelah mengikuti webinar hari ini dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia yang menghadirkan tiga pembicara keren yakni Kang Maman Suherman, Penulis; Ani Berta, Founder Female Digest dan Amy Kamila, Konten Kretor, membuatku tersadar bahwa kita sedang terjajah secara digital.
Poster Webinar |
Tanggal 17 Agustus nanti kita memperingati kemerdekaan Indonesia namun ternyata kita belum benar-benar merdeka dari segi dunia digital. Kita masih kebanjiran informasi yang memiliki efek positif dan negatif.
Menurut Mbak Ani Berta, efek negatif dari adanya banjir konten dan informasi adalah membuat generasi kita menjadi kurang produkti. Kurang produktif karena sibuk scrolling linimasa sosial media.
Masa sih orang lain sudah sibuk memproduksi konten bermanfaat, kita hanya rebahan scrolling timeline sosial media? Ayo, kita ubah peran kita sebagai konten kreator yang mendukung gerakan melek literasi digital.
Apa sih literasi digital itu?
Menurut UNESCO literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten/informasi, dengan kecepatan kognitif, etika, sosial emosional dan aspek teknis teknologi.
Nah, menurut Kang Maman nih bangsa yang ingin menang bersaing di era digital harus menguasai enam kunci literasi. Apa sajakah itu?
- Literasi Baca Tulis
- Literasi Numerik
- Literasi Digital
- Literasi Finansial
- Literasi Science
- Literasi Kebudayaan.
Daripada kita posting status galau yang tidak ada manfaatnya untuk orang lain, mengapa tidak kita berubah untuk membuat postingan yang bermanfaat?
Baiklah, dari webinar tadi aku mendapatkan amanah yang ingin kusampaikan pada konten kreator dimanapun kalian berada bahwa inilah peran kalian dalam mendukung literasi digital.
1. Membuat Konten Positif dan Bermanfaat
Mba Amy Kamila sering menanyakan pada anak-anak muda,
“Apa alasan kalian ingin menjadi konten kreator?”
Rata-rata jawabannya ingin menjadi viral. Emang kenapa dengan viral? Ya, bisa terkenal dan gampang dapat duit.
Padahal bagi seorang konten kreator menjadi viral adalah bonus. Namun membuat konten yang bermanfaat adalah kewajibannya.
Dengan membuat konten seseorang kan melampaui waktu, sejarah dan mengubah perilaku. Sekalipun kita meninggal nanti karya kita yang bermanfaat akan menjadi amal jariah.
2. Membuat Konten yang Menunjukkan Jati Diri Bangsa
Pernahkah kamu mengamati apa perbedaan dari film holywood, bolywood dan korea? Ternyata perbedaannya ada pada culture yang mereka tunjukkan dalam karya yang menjadi ciri khas.
Nah, sebagai seorang konten kreator, peran kita tak hanya membuat konten yang menunjukkan ‘inilah aku yang keren’ namun lebih dari itu yakni menunjukkan jati diri bangsa.
Seperti cerita dari Mba Amy ketika dalam acara di Malaysia dan ada yang memuji karya film anak bangsa, katanya orang Indonesia itu ramah-ramah dan itu terlihat dari konten yang dibuat.
3. Mulailah Membuat Konten dari Kebermaknaan dan Keinginan Untuk Berbagi
“Apa motivasi terbesarmu membuat konten?”
Kalau motivasi terbesarmu adalah uang maka ketika uang tak didapat maka penat yang dirasa.
Sah-sah saja bila ingin mendapatkan uang dari konten namun akan lebih memuaskan hati apabila niat awalnya adalah untuk berbagi.
Satu orang yang terinspirasi dari konten kita akan menginspirasi jutaan orang lainnya.
Bahkan dalam penelitian pun disebutkan bahwa konten yang bagus cenderung mudah dibagikan oleh orang lain dibandingkan konten negatif.
4. Mengapresiasi Sesama Konten Kreator
Ekosistem digital kita memang sedang terjajah dengan konten negatif. Maka sebagai seorang konten kreator mari kita bergandengan tangan untuk membuat ekosistem digital yang nyaman dengan saling mengapresiasi.
Apresiasi sekecil apapun akan mengena di hati dan melejutkan percik semangat untuk terus berkarya dan berbagi. Jangan patahkan semangat konten kreator lainnya untuk berkarya dengan komentar pedasmu.
Setiap orang pasti selalu berusaha menjadi yang lebih baik. Jangan ganggu ikhtiar mereka menjadi lebih baik hanya dengan komentar kita. Mari menjadi warga yang saling mengapresiasi karya satu sama lain.
5. Kuatkan Konten Personal Dengan Tone Positif
Ini adalah pesan dari Mba Ani Berta, seperti yang kubilang diawal bahwa setiap kita yang memiliki sosial media adalah seorang konten kreator. Maka dari itu tugas kita adalah memperkaya postingan di sosial media kita dengan postingan yang bernada positif.
Sekalipun isinya curhat, maka sebisa mungkin selipkan nilai-nilai yang bisa dipelajari. Selain itu konten personal kita bisa diisi dengan berbagi ilmu yang kita miliki. Daripada dinikmati sendiri, mengapa tidak dibagikan?
Misalkan kamu suka memasak maka berbagilah resep makanan. Kamu suka membaca buku maka berbagilah ulasan tentang buku dan semisalnya.
6. Menjadi Agen Positif dan Garda Terdepan
Konten kreator yang baik adalah yang menjadikan dirinya sebagai agen positif dan garda terdepan. Maksudnya seperti apa? Ketika ada kejadian tertentu, maka kitalah yang menjadi garda terdepan menginformasikan pada publik.
Misalkan kita menjumpai ada jembatan yang putus, ternyata pemerintah belum tahu. Maka kita bisa menggunakan keahlian kita sebagai konten kreator untuk membagikan info tentang jembatan itu melalui sosial media sehingga pemerintah bisa lebih tanggap.
7. Menjaga Adab dan Etika
Orang timur seperti kita kental akan etika dan adab. Harusnya seperti itu juga ketika ada di ranah digital. Sayangnya dengan tujuan ingin viral, nilai adab dan etika berkurang.
Ada yang membuat konten prank yang jauh dari adab dan etika hanya karena mengejar jumlah penonton saja.
Menurut kang maman menjadi viral itu gampang kok, gampangnya nih tinggal kamu lari-lari keliling monas tanpa busana maka kamu otomatis viral. Namun apakah viral itu akan selamanya ? Jelas tidak.
Jangan sampai karena ingin viral kita sampai melupakan adab dan etika. Memang apabila viral maka akan mendapat followers dan subscribers yang banyak. Namun akankah jumlah followers dan subscribers yang banyak akan menarik brand untuk kerjasama bila adab dan etika kita kurang?
Brand pun dalam mengajak kerjasama konten kreator akan melihat apakah tingkah lakunya mewakili citra brand mereka atau tidak. Kalau adab dan etika kita jauh dari citra brand mereka ya wassalam.
Nah, itu dia peran seorang konten kreator dalam mendukung literasi digital. Oh ya, dapat resep baru nih dari Kang Maman Suherman tentang cara membuat konten yang bermanfaat yakni menggunakan rumus 5R. Apa sajakah itu?
- Reading. Konten kreator harus banyak baca dong, biar referensinya lebih luas.
- Research. Karya terbaik itu biasanya kuat karena research-nya. Sayangnya Indonesia masih kurang menyertakan data dalam karya-karyanya. Adanya data akan semakin menguatkan kredibilitas sebuah konten.
- Reliable, sebagai seorang konten kreator kita perlu untuk meminimalisir kesalahan dalam memberikan informasi dalam sebuah konten.
- Reflecting, memperkaya sudut pandang dan melihat dari helikopter view.
- W(R)ite, tulis dan tulis terus. Indonesia butuh orang yang pintar menulis. Dengan menulis akan membuat pikiran orang lebih terstruktur.
Jangan lupa juga kunci sukses era ini yakni 4K (komunikasi, kolaborasi, kreativitas dan berpikir kritis)
Hari ini aku jadi semakin termotivasi untuk menjadi konten kreator yang menebar konten-konten positif dan bermanfaat. Mari luruskan niat untuk berbagi lewat konten. Ketulusan kamu dalam berbagi akan mendatangkan rezeki dari arah tak disangka-sangka. Selamat berkarya!
14 comments
Waw mantap sekali ini tulisan'y sangat informatif dan memotivasi para konten kreator untuk membuat konten yang berfaedah terus..
Terima kasih mbaa. Sesama konten kreator kita perlu saling memotivasi dan menghargai hehe
Duh pengalaman yg penuh gizi nih. Saya ikut menyerap ilmunya ya. Salut dengan semua Nara sumber yg berbagi pengalaman dan ilmu demi bisa menyadarkan netizen supaya bisa selalu menyajikan konten positif dan kreatif
Aku baru paham kalau makna konten kreator seluas ini. Kupikir konten kreator itu ya youtuber atau orang yang membuat video gitu. Melek literasi memang harus dibarengi dengan upaya belajar.
Takjub sama angka pengguna internet di tanah air
D sisi lain, ini kemajuan bangett betapa internet sudah merambah ke mana2
Setuju dg poin2ny Mbaa
Intiny kita harus menggunakan kuota internet dg bijak dan memberi manfaat y Mbaa
Karena sekaliny posting hal negatif
Dosa jariyhny itu loh yg gak kuat
Na'udzubillah
Makasih diingetin mba
wah aku jg ngefans sama teh ani nih. kita satu kelas di ISB dong ya mbak? makasih ya udah share infirmatif bgt. kitaharus kuatkan konten positif ya mbak..viral mah bonus. anggap aja memperingan hisab, kita harus bertanggung jawab apa yang kitatulis nih
Ah iya mbak..
Baiknya sbg konten kreator kita harus selalu menyebarkan konten yh positif ya
Mantap ini. Betul sekali, kita mestinya mempergunakan media sosial untuk menyebarkan hal-hal positif dan bukan nyinyir yang bisa melukai hati orang lain. Rasanya menyenangkan kalau media sosial justru dipakai buat membangun dan menyemangati satu sama lain.
Kalau untuk seusiaku, makai sosmed kerasa bener udah harus betul2 fokus pada kebermanfaatan. Ya, meski tetep aja kadang sharing konten lucu2an aja, sekadar buat refresh.
Insya Allah sebagai blogger dan pembuat konten, saya mau sharing yang bermanfaat. Miris memang di Indonesia keadaannya demikian. Yuk perangi dengan konten positif
Ternyata banyak hal yang harus diperhatikan untuk menjadi seorang content creator, aku masih perlu banyak belajar nih biar bisa jadi content creator yang berkualitas. Terimakasih banyak mbak ilmunya
Bagus nih webinarnya. Yes, setiap kita yang aktif di media sosial adalah konten kreator. Jadi memang harus bertanggung jawab dengan konten yang dibuatnya, ya.
Harus berkualitas dan 'berisi', ga sekadar kepengen viral.
Sedang terus belajar jadi konten kreator yang baik nih, Mbak. Thanks for sharing 🙂
Wah berarti aku juga seorang Content creator donk yaaa. Harus semangat bikin konten yang positif dan menginspirasi
Ternyata beban konten kreatif itu berat ya, Mbak. Minimal aja kontennya harus positif dan bermanfaat. Jadi nggak bisa sekadar bikin konten biar viral. Makasih sharingnya, Mbak Nabila. Sedih karena nggak bisa ikut webinar ini jadi terobati dengan baca postingan ini.