Setiap kali aku melihat karyawan yang bekerja pada ibuku berlaku tidak sopan pada ibu, ingin rasanya aku mengingatkannya bahwa ibuku adalah atasannya, jadi tak pantas apabila berlaku tidak sopan dengan ibuku. Tapi keinginan itu hanya aku bisa pendam dan tahan dalam hati. Karena ibuku punya value berbeda terkait dengan memperlakukan karyawan yang bekerja padanya.
Meskipun ibuku PNS tapi ibuku punya kesibukan lain yakni berbisnis. Dulu ibuku jualan apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Maklumlah saat itu gaji guru tak seberapa. Berjualan baju, makanan, sembako, furnitur, hingga kasur pun dilakukan ibu. Seperti tidak fokus memang namun sepertinya itulah yang dinamakan dengan perjuangan seorang ibu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Ketika aku SMA ibu memulai usaha baru yakni menyewakan perabotan pesta hingga ia bertemu dengan seorang yang kini jadi karyawannya dan akhirnya sampai sekarang ibuku memiliki jasa dekorasi pernikahan karena ibuku berhasil diyakinkan oleh seseorang tersebut.
Selain memiliki karyawan dari bisnisnya, ibuku pun punya pembantu yang Alhamdulillah sekarang banyak yang loyal. Meski kadang ada yang keluar itupun biasanya karena faktor melahirkan. Teringat dulu bagaimana susahnya mencari pembantu yang loyal, amanah dan bertanggung jawab. Ibuku terpaksa memiliki pembantu karena ibuku tinggal di perantauan dengan mengasuh tiga orang anaknya dan kerabat kebanyakan ada di Purbalingga.
Dari bisnis dekorasi sepertinya ibu punya sekitar 5-6 karyawan, satu pembantu rumah, dan satu karyawan yang menjaga kantin sekolah.
Dulu saat aku kecil aku juga berharap bisa seperti ibu punya usaha yang bisa memberi penghidupan bagi karyawannya.
Nah, cara ibu memperlakukan karyawannya sehingga betah bekerja dengan ibu sebenarnya sangat sederhana.
“Bagi ibu mereka bukan bawahan kita tapi partner kerja kita yang membantu pekerjaan kita jadi mudah.” Ungkap ibu tentang value-nya selama ini dalam bermuamalah dengan karyawannya.
Aku melihat hal lain yang membuat para karyawan betah adalah karena ibu menganggap mereka sebagai keluarga.
Bahkan salah seorang anak dari karyawan ibuku sangat dekat dengan ibuku hingga memanggil ibuku dengan sebutan eyang.
Terlahir di keluarga yang broken home dan diasuh oleh kakek dan nenek yang berlatar belakang pedagang membuat mental ibuku tertempa sebegitu indahnya. Alhamdulillah aku memiliki ibu yang punya sarat pelajaran hidup.
Cara ibuku memperlakukan karyawannya bisa banget dicoba. Memang pertama kita harus membuat kenyamanan antara karyawan kita dengan kita biar si karyawan merasa betah dan akan berusaha maksimal ketika bekerja.