Hai, Lala
Apa kabarmu? Apakah kamu hidup dengan baik? Apakah kamu hidup dengan Bahagia? Apakah kamu masih selalu memenuhi pikiranmu dengan pikiran-pikiran atau asumsi orang lain kepadamu?
Apakah kamu masih terus mencoba hidup sesuai dengan standar orang lain? Apakah kamu masih bertanya ‘apakah ada dan tiadanya aku sama saja?’ Apakah kamu masih menilai hal-hal yang kamu lalui sebagai hal yang menyedihkan?
Apakah kamu masih ingin kabur ke tempat di mana tak ada lagi orang yang mengenalimu lagi? Apakah pikiran masa lalumu masih mengganggu benakmu membuat hidupmu serasa gagal?
Apakah kamu sudah jauh lebih baik? Ah, banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan kepadamu di masa depan.
Kata orang waktu akan menyembuhkan. Waktu adalah obat dari segala luka.
Namun, pernyataan itu hanyalah pernyataan penghibur. Bagaimana bisa ketika kamu punya luka bakar dan kamu mengatakan biarkan saja luka bakar ini ada dan nanti kalau sudah waktunya pasti akan segera sembuh. Bukankah luka bakarmu itu harus segera kau obati? Kalau tidak bukankah akan semakin parah?
Begitu juga dengan luka batin yang kau rasa. Apakah kamu masih menganggap waktu akan menyembuhkan segala dan menjadi obat ajaib akan segala resah dan gelisah yang menggelayut?
Semua Orang Akan Diuji dengan yang Ia Miliki
Lala, kehidupan selalu akan mengujimu. Membawamu dengan kabar Bahagia, bukankah itu ujian juga? Kabar Bahagia mengujimu apakah kamu akan bersyukur dengan kabar tersebut dan menyandarkan bahwa segala nikmat datangnya karena Allah?
Kecemasan, ketakutan, resah, gelisah, kalut, bingung, ragu, mungkin akan selalu muncul dalam hidupmu. Bukankah itu ujian pula. Sebagaimana dalam ayat suci yang kau Yakini bahwa manusia akan diuji dengan ketakutan, kekurangan harta, kekurangan makanan, kehilangan, dan hal lain yang tak disukai manusia?
Masihkah kamu menyukai salah satu penggalan dalam ayat suci Al-Quran bahwa
“Tidak akan dikatakan beriman seseorang bila ia belum diuji?”
Ketika ujian menerpamu, itulah tanda kasih sayang dan cinta Allah sedang menyapamu.
Masihkah kamu menyukai hujan dan suara gemericiknya? Berisik, memang.
Namun, katamu hujan adalah hal yang membuatmu melambat sejenak. Melambat dari kejaran pikiran-pikiran akan angan-angan masa depan, aka napa yang perlu kamu lakukan detik demi detik ke depan, pikiran akan kenangan di masa lalu. Melambar dari segala hal yang ingin kau kejar.
Sungguh tak mengapa, menjadi lambat sejenak ketika orang lain terus terburu-buru melangkah melaju. Bukankah dengan melambat kamu kembali mengisi energimu? Memikirkan kembali rencana-rencana ke depan agar tujuanmu lebih segera tercapai? Sungguh tak masalah melambat bahkan berhenti sejenak.
Hidupmu bukanlah perlombaan untuk memenuhi standar orang lain atau standar yang masyarakat sudah tetapkan.
Ketika berhenti, diamlah sejenak. Jangan kamu buka layar HP-mu dan membuka beranda sosial media.
Menyenangkan memang melihat lini masa kebahagiaan orang berseliweran di layarmu. Membuat rasa ingin tahumu meningkat. Namun, jika terlalu lama melihat beranda sosial media dan kamu pun menyadari tak ada yang baru di profilmu, lantas kamu pun mulai membandingkan diri.
“Ah, kenapa ia lebih cantik? Sedang aku biasa saja?”
“Kenapa kehidupannya terlihat sempurna, apa yang ia dapatkan selalu mudah untuk didapat?”
Ketika pikiran untuk membandingkan diri datang maka itulah waktunya untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk senyap sosial media.
Kamu hanya semakin membuat hidupmu merasa buruk. Padahal, hey! Kamu hanya lupa sejenak bahwa kamu tak kalah bahagianya dengan mereka.
Kamu punya orang tua yang masih utuh.
Kamu punya suami yang begitu sayang kepadamu dan mengerti segala kondisimu serta terus mendukung setiap langkah menuju hidup yang kamu inginkan. Ia pun tak pernah sekalipun berkata kasar padamu.
Kamu punya anak yang melihat senyum dan tawanya saja membuat hati tenang.
Kamu punya pekerjaan yang sedari lama memang kamu inginkan.
Kamu punya ini dan itu
Banyak hal yang sejatinya kamu tak kalah bahagianya dengan mereka yang ada di sosial media. Hanya saja memang kamu tak suka terlalu mengekspos kebahagiaan, kemesraan hidup, dan betapa lucunya anakmu. Karena kamu punya value itu.
Sungguh tak masalah!
Ingat satu hal ini Lala sayang bahwa setiap orang akan diuji dengan apa yang ada pada dirinya.
Orang cantik diuji dengan kecantikannya
Orang biasa parasnya diuji dengan parasnya yang biasa.
Orang kaya diuji dengan kekayaannya
Orang miskin diuji dengan kemiskinannya
Orang bodoh diuji dengan kebodohannya
Orang pintar diuji dengan kepintarannya
Sungguh salah, ketika terlontar kalimat mendang/mending karena sesungguhnya setiap manusia sama hidupnya. Sama-sama akan Allah uji saya. Hal yang membedakan adalah apakah ujian yang Allah berikan membawanya untuk semakin mendekat dan mengejar ridho Allah.
Ketika kamu benar-benar lupa dan terus-menerus membandingkan kondisimu dengan kondisi orang lain, cobalah diam sejenak. Matikan layarmu entah layar HP dan monitor laptopmu.
Masuklah ke dalam dirimu.
Tanyakanlah pada dirimu
“Apa yang bisa kamu syukuri dari kondisimu saat ini?”
“Bagaimana cara yang bisa kamu lakukan untuk bisa lulus dari tahapan ujian itu dan mendapati wajah Rabb-mu yang ridho kepadamu?”
Kedua pertanyaan itu insya Allah akan membuat hatimu lega dan sedikit demi sedikit perasaan membandingkan dirimu itu mulai menghilang.
Jangan Takut Masa Depan
Lala, ketidakpastian itu pasti!
Perubahan itu pasti!
Kamu pernah merasakan bukan bagaimana perubahan begitu cepat terjadinya. Seperti perubahan yang ada di sosial media.
Dulu orang berbondong-bondong menggunakan Facebook untuk berjejaring. Sekarang orang berubah perilakunya dan lebih menyukai sosial media seperti Instagram atau TikTok.
Ketidakpastian membuatmu cemas dan tak tahu apa yang harus kamu lakukan, bukan?
Dari kamu kecil hingga di usia ini nyatanya kamu berhasil menghadapi ketidakpastian itu?
Awalnya kamu memang takut. Takut seperti apakah masa depan? Apakah kamu bisa survive di masa depan? Apakah pekerjaan yang sekarang masih relevan di masa depan?
Ketakutan itu sungguh wajar. Namun, ingatlah pesan ini.
“Perubahan itu pasti. Jangan takut masa depan. Selama kamu punya sekuat-kuatnya pegangan yakni Allah SWT. Insya Allah kamu bisa melalui perubahan itu dengan mulus.”
“Ketika kamu cemas akan masa depan, justru kamu harus fokus untuk memaksimalkan apa yang ada di jangkauanmu saat ini.”
Carilah Apa yang Membuatmu Menderita Selama Ini
Apakah sepi? Diacuhkan? Tak Didengar? Diremehkan?
Apa yang selama ini membuatmu menderita?
Jangan biarkan dirimu menderita terlalu lama.
Hal yang paling penting adalah mengenali diri sendiri. Mencari apa yang membuatmu menderita selama ini.
Ketika nanti kamu merasa begitu sedih, marah, frustasi, atau emosi negatif lainnya.
Diamlah sejenak.
Lihatlah dirimu di depan cermin.
Apa yang kamu lihat?
Apa yang kamu rasakan?
Peluklah dirimu, emosimu.
Amati apa yang sedang kamu rasakan?
Kenali sejak kapan kamu merasakannya?
Apa yang membuatmu terpicu merasakan emosi itu?
The Power of Tauhid
Masih ingatkah kamu dengan perjalanan indah yang selalu ingin kau kenang?
Salah satu perjalanan indah yang membuatmu tenang adalah perjalanan mengenali dirimu sendiri.
Namun, ada keindahan lainnya ketika kamu mengenali dirimu sendiri. Keindahan itu adalah merasakan kebesaran Allah, sang pencipta dirimu.
Kau merasa punya sebaik-baik pelindung.
Kau merasa punya sebaik-baik pendengar.
Kau merasa punya sebaik-baik penyemangat.
Setidaknya kau merasa tidak sendirian. Di tempat yang paling sunyi sekalipun, kau tak merasa sendiri. Karena Allah selalu bersamamu. Karena Allah itu dekat.
Apabila kau mendekatinya dengan berjalan, ia mendekatimu dengan berlari.
Ah, betapa indahnya memiliki perasaan itu. Perasaan cinta akan sang pencipta.
Ketika nanti kau bertemu dengan ketidakpastian dalam hal harta misalnya.
Ketika kamu sedang bermasalah, apa atau siapa yang pertama kali kau pikirkan?
Tolong, jangan langsung pikirkan orang yang mana yang bisa kamu mintai bantuan.
Jadikanlah Allah yang pertama muncul dalam pikiranmu ketika masalah itu datang. Maka akan kau dapati kemudahan-kemudahan bahkan hal tak terduga lainnya yang tiba-tiba muncul.
Masih ingatkah kamu ketika kamu ada di kesulitan ekonomi.
Keyakinan yang kamu munculkan pertama kali adalah keyakinan bahwa Allah sebaik-baik pemberi rezeki dan Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.
Benar saja, baru saja hatimu mengatakan itu. Tiba-tiba ada saja orang yang menghubungimu dan ingin berkorelasi bisnis denganmu.
Ulangi selalu cerita-cerita itu dalam hidupmu ke depan.
Tauhid atau mengesakan Allah adalah kunci kebahagiaanmu.
Tentang Impostor Syndrom dan Insecure
Apa kabar impianmu?
Sudahkah kamu bertaruh untuk mengejar impianmu?
Apakah kamu sudah berani mengambil langkah mengejar impianmu?
Atau apakah kamu masih belum bergerak juga untuk mengejar impian karena perasaan ‘tak pantas’ atau yang orang bilang dengan Impostor Syndrom atau insecure?
Bukankah kau tahu bahwa hidupmu terbatas. Apa lagi yang kau tunggu untuk mewujudkan impianmu?
Mungkin kau harus bertaruh atau mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dalam beberapa waktu. Itu bukankah lebih baik daripada kau memendam penyesalan karena tak kunjung mewujudkan impianmu?
Ketika impostor syndrome atau insecure menyerangmu, ingatlah percakapanmu dengan seorang coach yang mana ia adalah seorang VP Lemonilo.
Seorang VP saja pernah merasakan impostor syndrome atau insecure.
Dalam sebuah postingan juga ada Co-founder yang merasakan rasa insecure. Insecure apakah ia sudah menjadi pemimpin yang baik?
Ternyata perasaan impostor syndrome atau insecure dialami bahkan oleh mereka yang hebat.
Namun, apa yang membuat mereka sudah sampai pada titik sekarang mereka berada.
Mereka akan menghadapi impostor syndrome itu. They go for it!
Justru itulah obat terbaik ketika impostor syndrome menyerang. Justru lakukan hal yang memicu rasa insecure itu.
Sehingga kau akan tahu bahwa rasa insecure itu hanyalah pikiranmu.
Kau mungkin takut, tapi bukankah ada rasa adrenalin yang terpacu sehingga membuatmu Bahagia?
Mana yang kamu pilih, memelihara rasa insecure atau memulai langkah untuk mewujudkan impian?
Peluklah Inner Child dan Tumbuhlah Jadi Orang Tua yang Bahagia
Apakah kamu masih sering merasa ragu?
Apakah kamu masih sering merasa harus meminta pendapat orang tua ketika akan mengambil keputusan?
Apakah kamu masih kurang percaya diri?
Apakah kamu masih sering mengkritik dirimu terlalu keras?
Apakah kamu masih takut dengan penilaian orang sehingga membuatmu menjadi seorang people pleaser?
Apakah masih susah bagimu untuk menjadi seseorang yang ekspresif atau kamu masih kesulitan untuk mengekspresikan emosimu?
Apakah kamu masih merasakan perasaan tidak berharga atau tidak pantas untuk mendapatkan apa yang sepantasnya kamu dapatkan?
Kalau kau sudah tak merasakannya lagi, selamat kau berhasil menjadi orang tua yang baik bagi inner child (anak kecil dalam dirimu).
Akhirnya kau paham bahwa perasaan yang kamu rasakan itu terbentuk dengan sebab. Itu bukan karakter alami yang lahir bersamaan kelahiranmu di dunia.
Kau pasti sudah mengetahuinya ketika menyembuhkan inner child bersama Ruang Pulih. Kau sungguh tertarik dan jatuh cinta dengan konsep Luka Performa Bahagia.
Menyembuhkan luka akan membuatmu performa hidupmu mencapai apa yang kamu inginkan dan kamu akan merasakan Bahagia seutuhnya.
Perasaan-perasaan di atas yang muncul itu disebabkan akan luka pengasuhan dari ayah dan ibu.
Namun, terima kasih kau sudah memaafkan mereka.
Kau memaafkan bahwa mereka bukanlah manusia sempurna.
Kau mungkin dulu pernah iri untuk memiliki orang tua seperti temanmu. Namun, kini kau sadari keberadaan orang tuamulah yang membuatmu bisa sekuat dan sedewasa sekarang.
Kalau tak ada luka, bagaimana tubuh bisa belajar menyembuhkan.
Luka memang sakit di awalnya, tapi kita akan belajar untuk menyembuhkan dan menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih untuk tak menuntut orang tuamu harus sempurna.
Terima kasih kau sudah berdamai dengan keadaan.
Terima kasih kau berhasil mengenali inner child dan menjadi inner parent yang terbaik bagi dirimu.
Terima kasih kau kini belajar menjadi orang tua yang tak meninggalkan luka di batin anaknya. Ya, setelah kau menjadi orang tua, kau merasakan betapa susahnya menjaga diri agar tak melukai batin si anak.
Terima kasih sudah belajar menjadi orang tua terbaik dengan terus belajar berbagai macam ilmu pengasuhan. Karena nyatanya mendidik anak sungguh butuh ilmu.
TERIMA KASIH
Terima kasih lala sudah bertumbuh sejauh ini.
Terima kasih sudah hidup dengan baik.
Terima kasih lala kau sudah pulih dari luka.
Terima kasih kau sudah bertahan sejauh ini.
Terima kasih kau sudah mengenali dirimu sendiri seutuhnya.
Terima kasih telah hidup dengan standar yang kau inginkan, bukan standar yang orang lain tetapkan.
Terima kasih kau telah memanfaatkan segala potensi yang Allah berikan kepadamu.
Bukalah surat ini ketika kamu tersandung kembali. Surat ini akan membuatmu kembali bangkit dan menjalani hidup lebih baik.
Bolehkah kupeluk dirimu yang telah tumbuh begitu baik, menerima setiap luka, memaafkan, dan bertumbuh untuk menjadi Bahagia.
Kau sungguh wanita sholihah yang amat Allah cintai.
Terima kasih.
With Love
(Dari dirimu yang menyayangimu di masa depan)