Dear buku dan tulisan di dalamnya.
Terima kasih telah membuat hariku kembali berwarna dan bersemangat.
Kutemukan kembali semangatku kala membacamu.
Bahkan ketika aku hampir menyerah.
Kau memang pandai mempermainkan perasaanku buku.
Jangan pernah kau jauh dariku.
Hal ajaib yang aku alami dari membaca adalah bahwa membaca adalah salah satu mood booster ku.
Memang sudah ada penelitian bahwa membaca sebagai salah satu cara penghilang stress.
Hari ini aku membaca e-magazine dari halaqoh silsilah ilmiah Abdullah Roy. Aku mah suka gitu ganti-ganti baca buku. Tadi baca ini karena ruhiahku memang butuh asupan.
Aku membaca sambutan ustadz Abdullah Roy kepada peserta HSI angkatan sekarang. Hal yang membuatku ter-mood booster adalah bahwa ilmu agama yang kita pelajari akan memudahkan jalan kita menuju surga. Terus kemudian kunci utama agar ilmu yang dipelajari bermanfaat adalah ikhlas. Ikhlas menuntut ilmu karena mengharapkan ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
Selain sambutan itu ada yang menarik lagi yakni tentang biografi ulama dan orang Sholeh. Kali ini aku membaca tentang biografi Malik bin Anas. Terpukau diri ini rasanya dan merasa selama ini kemana aja, kok masih malas menuntut ilmu. Astaghfirullah.
Malik bin Anas ini aslinya dari Yaman namun karena kegigihannya menuntut ilmu maka ia rela pergi ke Madinah untuk belajar. Hingga ia menjadi ulama besar. Hal yang membekas di hatiku adalah beliau selalu mengutamakan adab dulu sebelum ilmu jadinya beliau sangat mudah mempelajari sesuatu.
Bahkan ketika sebuah hadits dibacakan dan ada orang yang bersuara melebihi suara pembacaan hadits itu maka sudah dianggap seperti mengeraskan suara di hadapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam. Masya Allah.
Nah itulah bacaanku, sayang hari ini belum membaca buku yang masuk to do read yang aku buat kemarin. Yang masih Istiqomah untuk membaca sesuai dengan to do read adalah suamiku.
Suamiku membaca buku scale up dan saat sore hari. Ia memanggilku.
“Dek sini, main ular tangga ini.” Ajaknya
Sebenarnya aku ingin menolak karena harus mengerjakan deadline sinopsis untuk kukirimkan ke penerbit. Namun suami memang yang lebih utama.
Akhirnya aku mendekat suamiku yang sedang sibuk menata ular tangganya dengan dua pemain berwarna hijau dan dua buah dadu.
“Ayo sekarang adek dan mamas main ular tangga. Ini dadu nya satu-satu. Waktunya lima menit. Kita main sendiri-sendiri. Cepet-cepetan. Siapa coba yang paling banyak menangnya.” Jelas suamiku.
“Oke siap.”
Suamiku pun menyetel stopwatch.
Lima menit pertama aku belum memenangkan garis finish sama sekali. Sedangkan suamiku sudah menang dua kali.
“Ular tangga ini fungsinya untuk mengetes calon karyawan. Apakah dia orang yang gigih untuk mencapai tujuannya atau bukan. Kadang ada orang yang misalnya waktunya kurang lima menit sudah menyerah dan ada yang masih gigih hingga waktunya benar-benar selesai. Disitu juga ada klue-klue misalnya ini, kalau kebanyakan alasan dalam bekerja maka nanti akan turun performa kerjanya. Mau main lagi gak dek?”
Akupun mengiyakan dan lima menit kedua ini aku menang dua kali sedangkan suamiku belum sama sekali.
Hari ini sungguh hari yang berkesan karena aku bisa membaca dan mendapatkan ilmu kembali.