Tinggal di desa identik dengan pendidikan yang tak cukup memadai. Namun, sembilan tahun lalu, tiga orang pemuda dari Pemalang, Jawa Tengah telah menunjukkan bahwa dari desa bisa terlahir sosok-sosok penemu teknologi layaknya Bill Gates yang berhasil menemukan Microsoft. Tiga orang pemuda itu adalah Sumitro Aji Prabowo, Jordan Andrean, dan Nanda Irfan Hakim bersama anggota komunitasnya berhasil mengembangkan sistem operasi yang dinamakan Grombyang OS.
Pada tahun 2012, Sumitro Aji Prabowo masih duduk di bangku kuliah semester tiga. Sedangkan Jordan Andrean masih lebih muda dan masih duduk di bangku SMK. Jordan Andrean ini lalu mengajak adiknya Nanda Irfan Hakim untuk bersama-sama dengan Sumitro Aji Prabowo membentuk Komunitas Pengguna Linux Indonesia (KPLI). Komunitas itu hanya beranggotakan lima orang. KPLI ini terbentuk atas dasar minat yang sama dari anggotanya yang suka nongkrong dan ngobrolin hal-hal terkait teknologi informasi.
Satu tahun berselang, nama KPLI berubah menjadi komunitas Grombyang OS atau grOS. Mengapa nama komunitas tersebut berubah? Nama komunitas tersebut berubah menjadi Grombyang OS dengan dasar filosofi makanan khas Pemalang ini bahwa komunitas ini berpijak di Kabupaten Pemalang dan ingin mengepakkan sayap manfaatnya hingga ke penjuru Indonesia.
Setelah nama komunitas berganti menjadi Grombyang OS, geliatnya makin terlihat. Melalui obrolan biasa di meja bundar tongkrongan terciptalah celetukan iseng untuk membuat sistem operasi yang mudah dan nantinya bisa disebarkan gratis kepada masyarakat.
Celetukan iseng itu muncul akan keresahan masing-masing anggota komunitas mengenai sistem operasi yang biasa dipakai masyarakat Indonesia khususnya pada institusi pendidikan.
“Banyak masyarakat di sekitar kita yang tidak tahu bahwa sistem operasi yang mereka gunakan adalah sistem operasi bajakan. Pada saat mereka membeli laptop,pasti mereka akan menemukan sistem operasi Windows, padahal sistem operasi Windows itu hanya trial saja. Setelah itu mereka harus membeli lisensi agar tetap bisa optimal menggunakan sistem operasi Windows itu.” terang Sumitro Aji Prabowo – Ketua Pengembang Grombyang OS – pada salah satu video YouTube yang diunggah oleh akun Faruk Muhammad, humas komunitas Grombyang OS.
Keresahan itu semakin menjadi-jadi ketika melihat institusi pendidikan yang mana merupakan institusi yang mengedukasi bahwa menggunakan barang bajakan bukanlah hal yang etis, tapi justru masih banyak yang menggunakan sistem operasi hingga perangkat lunak bajakan. Sebuah hal yang paradoks, bukan?
Untuk menyederhanakan pengertian sistem operasi dan perangkat lunak, mari bayangkan sejenak sebuah rumah atau apartemen. Sistem operasi ini bisa kita sebut sebagai rumah atau apartemen yang menjadi tempat dimana berbagai perabotan rumah tangga bisa berfungsi dengan baik. Layaknya sebuah rumah atau apartemen punya model berbeda-beda, begitu juga dengan sistem operasi pun punya model yang berbeda. Sistem operasi yang paling sering digunakan di dunia ini ada sistem operasi Windows, Mac OS X, dan Linux.
Untuk memahami perangkat lunak bisa kita analogikan layaknya perabotan rumah tangga yang bisa berfungsi hanya jika disambungkan dengan stop kontak yang ada di rumah atau apartemen seperti komputer, mesin cuci, atau setrika. Sehingga jenis perangkat lunak jauh lebih banyak dari sistem operasi seperti di Windows ada Microsoft Word untuk mengetik, Microsoft Excel untuk perhitungan, dan jenis perangkat lunak lainnya.
Lantas apa itu Grombyang OS ini? Grombyang OS ini merupakan sistem operasi distro Linux yang dihasilkan dari remastering dari Ubuntu Mini Remix. Apa maksudnya? Jadi Grombyang OS ini merupakan sistem operasi Linux yang sudah disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan atau preferensi pengguna tertentu. Atau bisa dikatakan sistem operasi ini sudah dimodifikasi sesuai dengan keinginan dan tujuan pengembang seperti untuk penggunaan khusus atau lingkungan tertentu.
Dalam hal ini, Grombyang OS memang dikembangkan untuk lingkungan tertentu yakni pendidikan dan pemerintahan. Karena lagi-lagi miris melihat fakta bahwa masih banyak institusi pemerintahan dan pendidikan yang masih menggunakan sistem operasi dan perangkat lunak bajakan.
Fakta tentang masih banyaknya pengguna perangkat lunak bajakan dikonfirmasi oleh penelitian dari Business Software Alliance (BSA) pada tahun 2010 yang menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-11 sebagai negara dengan tingkat pembajakan tertinggi di dunia. Hal yang mengejutkan adalah sebanyak 87% dari perangkat lunak yang diinstal di komputer pribadi adalah produk tanpa lisensi dengan nilai produk setara dengan Rp 11,2 triliun. Nilai yang fantastis, bukan?
Komunikasi dari Facebook hingga Saling Kirim Flashdisk
Hal yang menarik dari pengembangan Grombyang OS ini bukan hanya karena dari daerah kemudian muncullah solusi teknologi yang punya klaim lebih cepat dan aman dibandingkan sistem operasi yang umum dan sudah ada di pasaran. Namun, hal menarik lainnya adalah orang-orang dibalik Grombyang OS ini.
Berbicara tentang penemu teknologi, pastilah mereka adalah para profesor atau periset yang punya latar belakang teknologi yang mumpuni. Berbeda dengan Grombyang OS, orang-orang yang ada di dalamnya tak semuanya berasal dari latar belakang teknologi informasi. Ada yang masih duduk di bangku SMA, SMK, bahkan ada anggota yang berasal dari S2 Sastra Indonesia
Adalah Saepul yang punya panggilan akrab Etc Session ini adalah salah satu anggota komunitas grOS yang latar belakangnya dari pendidikan dan kini menjadi guru pelajaran Bahasa Indonesia. Awal mula Etc Session bergabung dengan grOS adalah ketika ia mengikuti lomba logo yang diadakan di forum online Komunitas Penggiat Linux Indonesia (KPLI). Seiring berjalannya waktu Etc Session tergerak bergabung dengan grOS karena misi ingin membuat karya yang bisa bermanfaat untuk masyarakat. Etc Session bergabung sebagai tim risetnya.
“Tujuan grOS sendiri adalah ingin mempunyai sistem operasi sendiri dan bermanfaat untuk banyak orang khususnya di kalangan pendidikan. Nah, orang yang background-nya non-IT seperti pendidik ada tujuannya. Karena mereka pendidik, jadinya mereka tertarik untuk bergabung.” jelas Faruk Muhammad, humas komunitas grOS, dalam wawancara yang dilakukan lewat chat WhatsApp pada hari Sabtu (04/11/2023).
Hal yang menarik lagi adalah cara mereka berkomunikasi hingga terwujud produk Grombyang OS ini. Tahun 2014 masih era yang tak familiar dengan istilah berkomunikasi atau bekerja secara remote. Namun komunitas grOS ini sudah menerapkannya terlebih dahulu.
Facebook menjadi sarana mereka berkomunikasi dengan anggota komunitasnya yang tersebar di beberapa kota seperti Aceh, Pemalang, dan Semarang. Selain Facebook, komunitas grOS menggunakan Skype atau Google Hangout jika ingin melihat muka satu sama lain.
“Saat video conference, saya sampai dikira homo, loh. Karena semua anggota video conference-nya adalah laki-laki.” Kenang Bara Ramadhan, project manager Grombyang OS, dalam video acara seminar, lokakarya, dan release party Ubuntu 16.04 LTS oleh Ubuntu Indonesia.
Nyatanya, tak semua anggota Grombyang OS ini pasti punya internet yang lancar. Kala itu, mereka sampai mengirimkan flashdisk berisikan file pengembangan Grombyang OS ini kepada anggotanya yang internetnya tidak terlalu bagus.
Komunitas Grombyang OS ini menjadi cikal bakal lahirnya Bill Gates Indonesia yang punya ketulusan tinggi agar masyarakat Indonesia melek dan mandiri teknologi. Semenjak didirikan hingga sekarang jumlah anggotanya ada 12 orang yang aktif. Mereka adalah pemuda yang punya keinginan untuk memecahkan masalah teknologi yang ada di Indonesia dengan produk dan program yang mereka kembangkan.
Grombyang OS, Nama Unik Terinspirasi Filosofi Makanan Khas Pemalang
Mengapa tak menggunakan nama dengan bahasa Inggris untuk sistem operasi yang komunitas grOS kembangkan? Ternyata ada sejarah dan filosofi yang komunitas grOS hidupi didalamnya.
Grombyang ini memanglah nama makanan khas Pemalang. Makanan yang terdiri dari nasi putih, daging kerbau, dan kuah. Ciri khas dari makanan ini adalah kuahnya yang lebih banyak dari nasinya. Sehingga nasinya terlihat bergoyang-goyang. Itulah asal-usul mengapa nasi itu disebut nasi grombyang. Cita rasa yang dikenang dari nasi grombyang ini adalah gurih, nikmat, dan merakyat. Tiga cita rasa inilah yang menjadi filosofi diambilnya nama grombyang sebagai nama sistem operasi.
- Grombyang OS yang gurih menggambarkan sistem operasi yang memiliki tampilan yang sedap dipandang dan menarik.
- Grombyang OS yang nikmat menggambarkan sistem operasi yang mudah penggunaannya (user-friendly), lengkap dan siap pakai, serta dapat memenuhi kebutuhan dasar komputerisasi.
- Grombyang OS merakyat ini menunjukkan bahwa sistem operasi ini sifatnya open source, artinya semua orang di Indonesia bisa berkontribusi untuk mengembangkan Grombyang OS menjadi lebih baik lagi.
Grombyang OS, Sistem Operasi Bebas Virus dan Gratis
Pengguna sistem operasi windows pasti familiar dengan Microsoft Word, Excel, Access, Power Point, dan perangkat lunak lainnya. Nah, Grombyang OS pun memiliki perangkat lunak yang bisa siap digunakan dan fiturnya beragam untuk dunia pendidikan bahkan mulai dari materi untuk anak TK.
Berikut ini adalah beberapa aplikasi pendidikan yang ada di Grombyang OS:
Nama Aplikasi | Manfaat Aplikasi |
Education suite Gcompris | Kumpulan program belajar untuk 2-10 tahun |
KAlgebra | Belajar mengenai aljabar |
KBruch | Belajar tentang pecahan |
KGeography | Program belajar geografi |
KLettres | Program untuk belajar alfabet |
KStars | Planetarium di desktop |
KTurtle | Lingkungan pemrograman untuk pendidikan |
Kalzium | Tabel periodik kimia |
Kanagram | Program untuk belajar vocabulary |
Step | Simulasi eksperimen fisika |
Tux Paint | Program menggambar untuk anak |
Pre-School Bundle | Bundel program belajar pra-sekolah |
Secondary Bundle | Bundel program belajar tingkat SMP |
Tertiary Bundle | Bundel program belajar tingkat SMA |
OpenOffice Base | Aplikasi pengolah database |
Selain aplikasi di atas, masih banyak lagi aplikasi lain yang bisa digunakan di sistem operasi Grombyang OS dan sangat bermanfaat untuk menunjang kegiatan pendidikan. Menarik, bukan?
Lantas, pertanyaan lanjutan yang akan muncul adalah? Apa kelebihan dari sistem operasi Grombyang OS ini? Berikut ini adalah kelebihan yang membuat Grombyang OS ini istimewa melansir dari website resmi Grombyang OS.
Pertama, Grombyang OS ini merupakan sistem operasi yang open source. Open source ini memungkinkan siapa pun bisa untuk menyebarkan, memodifikasi, dan menggunakan kekayaan intelektual tanpa batasan. Berbeda dengan sistem operasi yang memiliki copyright yang mana membatasi hak-hak untuk melakukan modifikasi dan memberikan keuntungan kepada korporasi daripada penciptanya.
Sistem operasi yang open source Ini memberikan penghargaan kepada pengembang, memberikan akses legal kepada pengguna, dan memungkinkan pengembang untuk memperoleh penghasilan baik dalam bentuk materiil maupun immateriil. Rata-rata perangkat lunak open source juga diberikan secara cuma-cuma, menjadikannya sebagai solusi untuk masalah pembajakan dan pemberian hak kepada para pencipta.
Dan memang Grombyang OS ini diberikan kepada penggunanya secara gratis. Sejauh ini sudah ada sekitar 3500 pengguna Grombyang OS yang tersebar pada institusi pendidikan dan pemerintahan.
Kedua, Grombyang OS ramah untuk pemula yang baru saja mengenal sistem operasi Linux. Biasanya pengguna berasal dari sistem operasi Windows yang dimanjakan kemudahannya untuk mengakses aplikasi. Di Grombyang OS pun demikian, sistem operasi ini sudah user-friendly, tampilannya mempermudah pengguna baru untuk mengakses aplikasi lainnya untuk melakukan komputasi atau sekedar belajar.
Ketiga, bebas virus. Di Grombyang OS ini sudah ada aplikasi Libreoffice yang punya pertahanan kuat dan kebal dari virus yang biasa menyerang pertahanan sistem operasi Windows.
Keempat, Grombyang OS ini adalah karya anak bangsa yang patut diapresiasi. Berawal dari patungan para anggota komunitas grOS hingga mendapatkan kontribusi pengembangan dari komunitas pemberdayaan masyarakat, radio komunitas, RTIK (relawan TIK), IBT (Indonesia Backtrack Team), LDA (Linux Desktop Art), dan pribadi anonim yang punya kemauan untuk mengembangkan open source di Indonesia.
Disepelekan Hingga Dianggap Penipuan
Grombyang OS hanyalah satu dari beberapa kegiatan yang dilakukan komunitas grOS ini. Bisa dikatakan Grombyang OS sebagai salah satu produk yang dihasilkan oleh komunitas ini. Selebihnya ada program-program literasi teknologi digital yang masih berjalan hingga sekarang.
Kegiatan yang pernah dijalankan adalah sebagai berikut:
- Sosialisasi atau memberikan pelatihan teknologi digital ke sekolah-sekolah.
- Sosialisasi sistem operasi Grombyang OS kepada para siswa.
- Mengedukasi para siswa cara menggunakan open source sebagai media belajar.
- Program internet murah untuk menjangkau daerah di Pemalang yang masih blank spot.
- Pembagian sistem operasi Grombyang OS berbentuk DVD kepada sekolah-sekolah dan institusi pemerintah.
Dalam mengembangkan program komunitas grOS termasuk juga sistem operasi Grombyang OS ini tentu bukanlah tanpa halangan. Halangan yang utama pasti adalah tantangan mengedukasi pengguna yang tak terbiasa dengan sistem operasi Linux.
Kendala lainnya pun banyak seperti dinilai gaya-gayaan saja oleh orang-orang sekitar hingga disepelekan dan diremehkan senior yang ada dibidang pengembangan sistem operasi. Namun, komunitas grOS ini tetap kukuh dengan misinya untuk mencerdaskan warga Pemalang dengan teknologi digital.
Untuk kendala dalam program sosialisasi ke sekolah-sekolah adalah ketidakjelasan kepada siapa yang harus dihubungi karena sering dilempar kesana dan kemari ketika akan melakukan sosialisasi, kendala medan juga menjadi kontribusi berarti karena ada yang daerah pegunungan.
“Bahkan ada juga yang ditolak kepala desa saat mau melakukan literasi karena dianggapnya penipuan.” kenang Mas Faruk Muhammad.
Grombyang OS, Gratis Namun Kualitas Tak Kaleng-Kaleng
Seberapa canggihnya Grombyang OS ini? Apakah Grombyang OS ini sudah mengungguli sistem operasi seperti Windows?
Mari kita simak beberapa testimoni dari pengguna baik individu maupun dari institusi pendidikan atau pemerintahan.
“Setelah menggunakan sistem operasi Grombyang OS, laptop saya beroperasi lebih ringan dari biasanya.” ujar seorang pelajar SMK.
Lantas bagaimana respon pengguna dari institusi pemerintahan? Saat itu pemerintah desa Jebed Utara sudah menggunakan Grombyang OS ini dan memberikan tanggapan positif.
“Setelah menggunakan Grombyang OS, alhamdulillah proses pelayanan menjadi sangat terbantu dan sistem operasi yang Grombyang OS ini bangun lebih mudah.” Ujar kepala desa Jebed Utara.
Selain kantor desa, sistem operasi Grombyang OS sudah masuk ke sekolah.
“Sistem operasi Grombyang OS ini sangat unik. Pertama, sistem operasi ini tidak mengenal adanya virus. Sehingga pemanfaatan Grombyang OS ini tidak banyak mengeluh dan tidak menggunakan dana karena serba gratis.” ujar salah seorang kepala sekolah.
Grombyang OS Menyabet Penghargaan SATU Indonesia Awards 2015 Hingga Membawa Nama Baik Pemalang Ke Kancah Internasional
Hal yang patut diapresiasi adalah niat tulus para anggota komunitas grOS untuk mengembangkan sistem operasi agar masyarakat Indonesia berhenti menggunakan sistem operasi bajakan. Karena mereka tidak mendapatkan bayaran sepeser pun dari karya yang mereka ciptakan. Bahkan dari awal mereka harus keluar uang dulu.
Karena besarnya niat tulus komunitas grOS untuk negeri maka pantas sajalah mereka mendapatkan berbagai macam penghargaan.
Pertama, satu tahun setelah sistem operasi Grombyang OS ini berhasil diluncurkan, tim Grombyang OS mendapatkan penghargaan bergengsi dari Astra International melalui program SATU Indonesia Awards 2015 bidang teknologi untuk kategori kelompok dan pilihan pemirsa.
Kedua, tim komunitas Grombyang OS menjadi pembicara dalam forum Internet Engineering Task Force (IETF) ke-106 di Singapura pada tahun 2019. Mereka berbagi tentang pengalaman membumikan internet bagi 211 desa di seluruh Pemalang kepada lebih dari 500 delegasi seluruh dunia.
Ketiga, atas sepak terjang Grombyang OS yang anggotanya juga bekerja di Program Pusat Pemberdayaan Informatika dan Perdesaan (Puspindes) membawa Pemalang lolos dalam anugerah International World Summit on the Information Society (WSIS) Prize PBB tahun 2018 di Geneva, Switzerland. Program Puspindes Pemalang menjadi salah satu pemenang dari lima negara dalam ajang tersebut.
Indonesia Masih Punya Banyak Harapan Lewat Grombyang OS
Grombyang OS menjadi bukti nyata bahwa Indonesia masih punya harapan dan optimisme yang tinggi untuk terus maju khususnya dalam bidang teknologi.
Tinggal di desa yang jauh dari ibukota pun bukan menjadi halangan untuk anak bangsa membuat karya yang memberikan solusi bagi permasalahan negara.
Grombyang OS ini menjadi inspirasi untuk bergerak menjadi solusi ketika yang lain hanya berteriak bahwa selama ini kita hanya jadi penikmat teknologi. Grombyang OS menjadi contoh yang baik bahwa kita, anak muda Indonesia bisa juga menjadi pengembang dan bukan hanya menjadi penikmat teknologi semata.
Marilah kita terus dukung karya anak bangsa. Grombyang OS masih bisa digunakan dengan mengunduhnya dalam halaman grombyang.or.id. Cukup siapkan kapasitas RAM minimal 512 Mb, kapasitas HDD minimal 20 Gb, dan kecepatan prosesor 1.0 Ghz/Pentium 3.
Grombyang OS ini benar-benar menjadi inspirasi bahwa keterbatasan bukan halangan, tapi niat kuat dan tulus untuk kebaikan negeri akan menghasilkan manfaat nyata. Meski materi tak mereka dapat, biarlah Tuhan yang diatas mengganjar dengan sebaik-baik kebaikan.