Ini Caraku Mengambil Keputusan untuk Menjadi Diriku Sepenuhnya

Apakah kamu terlahir dan besar menjadi anak yang penurut? Anak yang selalu mengikuti apa pun keinginan orang tua.

Dan tidak ada kamus menolak keinginan orang tua dalam hidupmu. Kamu tidak sendiri. Aku juga.

Aku adalah anak penurut yang sangat menghormati dan mengikuti apa pun keinginan orang tua.

Karena aku pun lahir dalam kerangka relijius yang mana berpikiran menolak keinginan orang tua adalah sama saja dengan durhaka pada orang tua.

Maka segala keputusan hidupku dari kecil hingga aku bekerja, semuanya mengikuti keinginan orang tua.

Sejak lulus kuliah, aku ingin bisa berkarir di kota metropolitan Jakarta, tapi ibu memintaku untuk pulang ke daerah. Aku pun menuruti keinginan ibu.

Selepas lulus kuliah jurusan statistika, karir pertamaku adalah sebagai seorang guru TK di yayasan yang ibu bangun bersama teman-teman ibu.

Aku mengiyakan karena aku melihat disini aku bisa berkontribusi untuk masyarakat juga.

Awalnya hanya satu tahun saja aku diminta untuk mengajar. Namun, keterusan sampai dengan empat tahun.

Namun, dalam durasi empat tahun itu, muncullah pertanyaan-pertanyaan quarter-life crisis.

Aku mempertanyakan,

“Apakah ini memang tempat terbaik untukku?”

“Apakah ini hal yang aku inginkan dalam hidup?”

“Kenapa aku merasa kosong?”

“Kenapa setiap pagi, aku merasa kurang memiliki semangat hidup?”

Hingga akhirnya, aku sadar bahwa aku terlalu mengiyakan keinginan orang tua atau orang lain padaku.

Aku kurang mendengar apa yang ada dalam hatiku.

Aku kurang menjadi diriku sendiri.

Dan barulah mendekati usia kepala tiga, aku merasa cukup.

Cukup untuk terus menyenangkan semua orang.

Cukup untuk tidak mendengarkan isi hati.

Cukup untuk terus-menerus merendahkan diri.

Cukup ini dan itu.

Tidak Ada Salahnya Menjalani Hidup Sesuai Versi Kita Sendiri

Ternyata ketika umurku bertambah mendekati kepala tiga dan kini sudah di kepala tiga, aku merasa aku harus menjadi diriku sendiri.

Sudah cukup waktunya mendengarkan apa kata orang lain.

Aku tidak tahu berapa lagi umurku di dunia dan jika aku tidak menjalaninya dengan ikhlas, maka bagaimana?

Setelah empat tahun di TK, aku merasa ingin menjalani kehidupan versiku.

Awalnya tentu dapat penolakan dari orang tua karena aku ingin berhenti dari TK.

Beliau inginnya jika aku berhenti dari TK, aku sudah punya batu pijakan yang kuat.

Permintaan awal ditolak dan barulah ketika aku sudah mendapatkan pekerjaan part-time remote, aku bisa mengajukan kembali dan ibu menerima.

Sudah sekitar empat tahun aku menjalani hidup versiku.

Hidup versi yang berseberangan dengan banyak versi orang lain.

Awal Januari ini pun aku membuat keputusan yang membuat orang menggeleng-gelengkan kepala.

Aku lulus CPNS 2024 di Kementerian Pariwisata. Dan aku memutuskan untuk mengundurkan diri.

Tentu penolakan dari orang tua yang paling aku takuti, tapi aku tak bisa membuang-buang waktuku pada hal yang bukan menjadi keinginanku lagi.

Aku ingin menjalani hidup dengan ikhlas bukan dengan terpaksa mengikuti keinginan orang lain.

Apa yang membuatku berani mengambil keputusan untuk menjadi diri sendiri?

  1. Keinginan untuk bisa memaksimalkan potensi yang sudah Allah kasih dengan sebaik-baiknya. Aku tak ingin potensiku tenggelam dan tidak teroptimalkan dengan baik.
  2. Hidup cuma sekali dan singkat. Jika aku terus membuang waktuku untuk menyenangkan orang lain, kapan aku akan mencapai tujuan yang aku inginkan?
  3. Pentingnya punya support-system. Keberanianku muncul ketika aku sudah menikah. Alhamdulillah Allah beirkan aku suami yang terus memberiku support dan selalu mendukung setiap keputusanku.
  4. Berani berkata tidak meski awalnya susah pada hal yang tidak membuatmu bertumbuh.
  5. Berikan bukti. Ketika aku ingin menjalani kehidupan setelah TK sesuai dengan versiku, aku membuktikan bahwa aku bisa menghasilkan.
  6. Terus berprasangka baik pada Allah, semoga versi hidup terbaik kita ini selalu di-ridhoi oleh Allah aamiin

Apakah kamu sedang takut untuk menjalani hidup versimu sendiri?

Semoga ceritaku bisa menginspirasi yaa.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *